Rabu, 23 Maret 2011

Jerman tidak mau ikut serangan militer ke Libya

Jerman menyatakan tidak akan berpartisipasi dalam operasi militer Koalisi Internasional atas Libya. Menurut Jerman, serangan udara dan rudal itu tidak akan efektif memaksa Muammar Khadafi turun dari kekuasaan, seperti yang diharapkan sebagian rakyat dan pemberontak.

Menurut harian Albuquerque Express, Rabu 23 Maret 2011, Kementrian Pertahanan Jerman menyatakan tidak akan ikut serta dalam operasi militer NATO (Organisasi Pertahanan Atlantik Utara) atas Libya. Semua kapal Jerman yang berada di Laut Mediterania, yang semula berada di bawah kendali NATO, Selasa kemarin diperintahkan kembali ke pangkalan.

Selain itu sekitar 70 tentara Jerman yang berpartisipasi dalam operasi pengintaian yang dikendalikan NATO juga akan ditarik. Menurut stasiun berita CNN, Menteri Luar Negeri Jerman, Guido Westerwelle, yakin bahwa negaranya telah mengambil keputusan yang tepat untuk tidak berpartisipasi dalam misi militer di Libya, yang menggunakan resolusi Dewan Keamanan PBB 1973 sebagai dasar operasi.

Westerwelle juga menyatakan bahwa Jerman tidak sendirian dalam bersikap skeptis atas operasi militer di Libya. Menurut dia, sejumlah negara Eropa pun mengambil sikap serupa.

Sementara itu, para anggota pasukan Koalisi Internasional belum sepakat siapa yang harus memimpin operasi militer atas Libya. Sementara ini kampanye militer itu digalang AS, namun Washington menyatakan tidak akan berminat untuk memimpin operasi secara permanen dan berharap akan ada peralihan kepemimpinan ke pihak lain.

Muncul usulan agar NATO mengambil alih pimpinan. Namun, sejumlah negara NATO menolak karena bisa menampik peran negara-negara Arab. Padahal para anggota Liga Arab itu ikut menggagas seruan ke Dewan Keamanan PBB agar diterapkan zona larangan terbang di Libya, sehingga muncul resolusi 1973.   
 
Polemik itu tampaknya menjadi pertimbangan Jerman untuk tidak ikut-ikutan dalam operasi militer atas Libya. "Kami sudah memperhitungkan risikonya. Bila kami melihat bahwa dalam tiga hari setelah intervensi itu dimulai, Liga Arab sudah mengkritiknya. Maka, saya pikir kami punya alasan tepat," kata Westerwelle. 

Serangan atas Libya dimulai pada Sabtu pekan lalu, 19 Maret 2011. Kapal perang AS dan Inggris saat itu menembakkan 112 rudal jelajah Tomahawk ke target-target militer Libya. Selanjutnya pesawat AS -di antaranya pengembom siluman B-2 dan jet-jet tempur Marinir- bersama dengan pesawat-pesawat Perancis melakukan serangan udara.

Kekuatan Koalisi pada awalnya beranggotakan AS, Inggris, Perancis, Italia, dan Kanada. Namun ada dua negara yang baru bergabung, yaitu Belgia dan Qatar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar